
Volume Sampah di Sungai Denpasar Melonjak Usai TPA Suwung Hanya Terima Residu
sudutberita.com – Kota Denpasar kini menghadapi lonjakan volume sampah di sungai dan saluran drainase, tercatat mencapai 26 ton per hari—kenaikan sekitar 1 ton dari rata-rata 25,42 ton/hari sebelumnya. Hal ini dipicu kebijakan baru di mana TPA Suwung hanya menerima sampah anorganik dan residu mulai 1 Agustus 2025.
Kebijakan itu, yang merupakan bagian dari penutupan bertahap TPA Suwung, membuat banyak warga yang tidak memilah sampah justru membuangnya ke sungai karena dianggap lebih mudah. Pengawasan oleh desa, kelurahan, dan Satpol PP ternyata belum cukup mencegah perilaku itu.
Mengapa Volume Sampah Bisa Meningkat?
1. Kebijakan Penutupan TPA Suwung untuk Sampah Organik
Mulai 1 Agustus 2025, tempat pembuangan akhir TPA Suwung tidak lagi menerima sampah organik—menyisakan hanya residu dan sampah anorganik, yang menambah beban pengelolaan sampah kota.
2. Kapasitas TPS3R Tidak Mencukupi
TPS3R di jenjang desa hanya mampu mengelola sekitar 3 ton sampah per hari, padahal setiap desa/kelurahan menghasilkan rata-rata 15 ton. Sisa ini akhirnya berakhir di sungai atau dibakar—menimbulkan pencemaran.
3. Perilaku Buang Sampah ke Sungai Meningkat
Sampah yang terpantau di jaring-jaring penahan sungai menunjukkan sampah sering dibungkus plastik rapi—menandakan buang sampah ke sungai dilakukan dengan sengaja dan terencana.
Dampak dan Respons Resmi
1. Kerja Sama PUPR dan Satpol PP
Dinas PUPR Kota Denpasar bersama Satpol PP memperketat pengawasan di jembatan dan titik rawan pembuangan sampah. Mereka juga memasang trashtrack dan jaring penahan sampah di sembilan sungai utama.
2. Tumpukan Sampah Merata di Kota
Tumpukan sampah kini muncul di pinggir jalan, trotoar, hingga deretan warung akibat masyarakat bingung membuang sampah organik yang ditolak di TPA. Pemilik usaha lokal mengaku tidak ada penjelasan soal penanganannya.
3. Tekanan Pengusaha Hotel & TPS3R Lokal
Ketua TPS3R Desa Adat Seminyak menjelaskan sebagian besar sampah hotel diolah, tapi residu tetap harus ditampung. Penutupan total TPA Suwung tanpa alternatif serius bakal rugikan pariwisata dan distribusi sampah.
4. Rencana Pengalihan Fungsi TPA Suwung
Pemprov Bali menyiapkan 4.700 “teba modern”, memperkuat TPS3R dan TPST, serta mempertimbangkan penggunaan insenerator untuk mengolah residu—sementara area bekas TPA rencananya dijadikan taman kota.
Pengelolaan Berbasis Sumber Jadi Kunci Stabilitas Lima Sungai
Solusi Perlu Terintegrasi, Tidak Separuh Jalan
Dampak nyata penutupan bertahap TPA Suwung menunjukkan bahwa tanpa alternatif pengelolaan, masyarakat memilih jalan pintas: membuang ke sungai. Solusi terpadu dan edukasi masyarakat – mulai dari tingkat rumah tangga – adalah kunci agar kota Denpasar tidak terus darurat sampah.
Harapan untuk Sungai dan Lingkungan Bali
Dengan kolaborasi antarlembaga, optimalisasi TPS3R/TPST, dan revitalisasi bekas TPA menjadi ruang hijau, Denpasar dapat pulih dari krisis lingkungan ini. Sungai yang bersih adalah penanda kemajuan kota, bukan penadah sampah.